Selasa, 08 Januari 2013

Kurikulum 2013

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini sibuk merealisasikan pember­lakuan kurikulum pendidikan baru yang dikenal dengan Kurikulum Pendidikan Nasional 2013. Mendikbud Mohammad Nuh dan jajarannya sedang rajin keliling daerah untuk melakukan sosialisasi dan uji publik terhadap kurikulum yang diberlakukan mulai per­tengahan tahun ini tersebut.

Kurikulum baru itu bertujuan menyeimbangkan aspek akademis dan karakter anak-anak Indonesia. Nanti, sistem pembelajaran berbasis penguatan penalaran, bukan sekadar hafalan. Ide penyusunan kurikulum baru tersebut, salah satunya, didasarkan pada survei internasional yang menyebut kemampuan siswa Indonesia jauh tertinggal dibanding negara-lain.

Pada 2007, survei Trends in International Math and Science yang diadakan Global Institute mencatat, hanya 5 persen siswa Indonesia yang bisa mengerjakan soal berkategori tinggi. Padahal, di Korea, ada 71 persen siswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut. Untuk soal berkategori rendah, ada 78 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan, sedangkan siswa Korea hanya 10 persen. Programme of International Student Assessment (PISA) pada 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terbawah dari 65 persen negara peserta PISA.

Jumlah mata pelajaran di tingkat SD dan SMP bakal banyak dikurangi. Kalau sebelumnya 10 mata pelajaran, nanti hanya ada enam mata pelajaran. Di tingkat SMP, 12 mata pelajaran diringkas menjadi 10 mata pelajaran. Namun, jam pelajaran akan ditambah. Misalnya, untuk kelas 4–6 SD, 32 jam pelajaran per minggu akan ditambah menjadi 36 jam per minggu. Untuk siswa SMP, pelajaran ditambah enam jam per minggu dan SMA ditambah dua jam per minggu.

Nuh tidak peduli atas sindiran ganti menteri ganti kebijakan. Menurut dia, kondisinya saat ini sangat penting dan genting. Karena itu, dengan risiko apa pun, perubahan kurikulum harus dimulai tahun ini. Istilah yang dipakai Nuh adalah membeli masa depan dengan harga sekarang.

Ke depan, dia membayangkan cara berpikir murid akan berubah, yakni selalu mencari tahu dan melakukan observasi. Siswa diarahkan untuk merumuskan masalah, tidak hanya menyelesaikan masalah. Murid dilatih untuk berpikir analitis, bukan mekanistis. Satu hal yang harus disiapkan Kemendikbud adalah peningkatan kualitas guru. Sebab, sebagus apa pun kurikulum 2013, kalau tidak didukung peningkatan kemampuan guru, tentu akan sia-sia. Karena itu, sembari mematangkan kurikulum, kualitas guru, terutama di daerah, perlu di-upgrade. Sebab, guru merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum baru tersebut. Karena itu, peningkatan kualitas guru menjadi instrumen yang wajib dilakukan bersamaan dengan berlakunya Kurikulum Pendidikan Nasional 2013.

Hasil pembangunan karakter dalam kurikulum baru tersebut tidak bisa terlihat dalam jangka pendek. Mungkin butuh bertahun-tahun untuk menikmati hasil perubahan kurikulum tersebut. Masalahnya, masa jabatan Nuh tinggal dua tahun lagi. Belum tentu Mendikbud baru nanti mau meneruskan kurikulum baru itu. Jadi, Mendikbud harus bisa menjamin bahwa kurikulum baru tersebut akan berlaku dalam jangka panjang. 


Sumber: http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2861




BANDUNG,KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan akan mengirimkan surat kepada Menteri Pendidikan Nasional  perihal penghilangan muatan lokal (mulok) pada kurikulum 2013. Ini sekaligus untuk merespon aspirasi ratusan mahasiswa dan komunitas pengarang Sunda Re-Publik Saptuan yang Senin (31/12/2012) berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung.
Mereka menuntut agar bahasa daerah, termasuk bahasa Sunda, tetap diajarkan di sekolah. Mereka khawatir, dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, pelajaran Bahasa Sunda dihilangkan dan tak lagi diajarkan di sekolah.
"Kami akan segera mengirim surat ke Mendiknas, kalau bisa hari ini kita kirim hari ini, yang jelas secepatnya. Itukan masih draft, masih bisa diubah, saya yakin pemerintah pusat tidak akan menghapus mulok bahasa daerah," ucapnya, Rabu (2/1/2013) di Gedung Sate, Bandung.
Heryawan berterimakasih kepada warga Jabar yang sudah menyampaikan aspirasinya, baik melalui mimbar bebas demonstrasi, surat, maupun disampaikan secara langsung.
Untuk Jabar, lanjut Heryawan, bukan hanya satu bahasa akan diajarkan, tapi tiga bahasa daerah, yakni Sunda, Cirebon, dan Betawi. Jabar dari sisi budaya, bahasa dan seni, cukup kaya. Penyelamatan satu mulok akan berdampak pada tiga budaya besar.
Dalam surat yang akan disampaikan, Heryawan berharap agar ke depan nomenklatur 'bahasa dan kesenian daerah' bisa dicantumkan secara jelas. Hal ini agar tidak menimbulkan keraguan dan polemik dalam pelaksanaannya.
Draf kurikulum 2013, sejauh yang dia pahami, semangatnya adalah agar siswa lebih kreatif dalam belajar. Selama ini banyak pelajaran yang dianggap terlalu membenahi siswa terutama ditingkat sekolah dasar (SD). Menurutnya, semangat ini perlu didukung, kalaupun ada hal-hal yang tidak sesuai di mata masyarakat tetap harus disampaikan agar bisa diubah menjadi lebih baik.

Sumber : http://regional.kompas.com/read/2013/01/02/21525469/Muatan.Lokal.Dihapus.Gubernur.Jabar.Kirim.Surat.ke.Mendiknas 

0 komentar:

Posting Komentar